Jumat, 12 Juli 2013

PENELITIAN DAGING DOMBA



Dalam 100 g daging sapi atau domba yang dihidangkan sangat kaya akan vitamin B12 dan sumber niasin, vitamin B6, Zinc dan posfor. Daging yang berbeda memiliki kandungan vitamin B (tiamin, riboflavin, asam panthotenat dan folat) yang berbeda. Disamping itu, daging merah juga mengandung Vitamin E walaupun dalam jumlah yang sedikit, Vitamin E ini merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Dalam proses pemotongan sebagian besar lemak dibuang, sehingga kandungan vitamin E ini jumlahnya kecil. Daging juga mengandung trace element seperti zat besi (fe) dan zinc (Zn). Kekurangan zat besi merupakan kejadian yang sangat umum tidak hanya terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, akan tetapi terjadi juga di negara-negara yang sudah maju, terutama pada wanita usia muda. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengkonsumsi daging merah dalam jumlah yang mencukupi. Pentingnya Zn yang dikandung dalam daging berhubungan erat dengan aktivitas berbagai enzim. Daging merah juga merupakan sumber mineral seperti magnesium, copper, cobalt, posfor, chronium, nikel serta selenium yang angat bermafaat bagi tubuh kita. Kandungan mineral ini sangat tergantung pada cara pemeliharaan ternak dan tipe tanah yang digunakan sebagai area peternakan.


Nilai Nutrisi daging yang sudah diproses: Pada umumnya daging yang telah diproses memiliki kandungan nutrien mikro yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan daging segar. Pada pemorsesan daging dimungkinkan ditambahkan nutrien lain sebagai suplemen. Supplemen yang umum ditemukan pada daging yang sudah diproses adalah sodium dalam bentuk garam. Pembatasan kandungan garam dalam daging olahan sudah mulai dilakukan, karena memiliki pengaruh negatif pada tekanan darah dan kesehatan jantung kita. Jadi perlu dicatat, dalam banyak kasus, bukan daging merah yang bermasalah bagi kesehatan, akan tetapi seringkali supplemen yang ditambahkan pada daging dalam proses pengolahnnya yang bermasalah. Menjadi Bangsa yang Sehat dan Cerdas: Secara umum, daging merah baik dalam bentuk segar maupun yang telah diolah sangat kaya akan mineral dan nutrien mikro yang sangat mudah diserap oleh tubuh kita. Sayangnya sampai saat ini tingkat komsumsi daging rakyat Indonesia masih jauh berada di bawah negara tetangga kita. Rataan tingkat daging rakyat Indonesia sebesar 7,1 kg per kapita per tahun. Tingkat konsumsi ini masih jauh berada di bawah tingkat konsumsi daging untuk Malaysia dan Thailand, yaitu sebesar 46,87 kg dan 24, 96 kg per kapita per tahun. Rendahnya konsumsi daging dan juga produk peternakan lain seperti telur dan susu diduga merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang berdampak pada rendahnya daya saing bangsa. Menurut UNDP pada tahun 2003, kualitas sumberdaya manusia Indonesia menempati peringkat 112, jauh di bawah negara tetangga kita Malaysia yang menempati urutan ke 59 dan Jepang yang menempati urutan ke 9. Oleh sebab itu, pada saat ini dan pada saat mendatang tingkat konsumsi protein hewani/kapita/tahun rakyat Indonesia harus ditingkatkan, karena hal ini akan sangat menentukan kualitas pertumbuhan fisik dan kecerdasan, serta daya sainng bangsa. Pola pikir bahwa daging merupakan sumber penyakit harus segera diluruskan mengingat manfaat daging merah yang sangat banyak bagi kesehatan kita. 




(Ronny Rachman Nooor, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan IPB)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar